Nenek ini memiliki hidup yang tidak begitu baik.
Dari kecil hingga memiliki anak dia sudah mengalami banyak tragedi yang cukup menyedihkan.
Saat anaknya kecil, suaminya telah meninggal dan harus membesarkan putranya seorang diri.
Putranya telah dewasa dan menikah dan memiliki anak hidupnya berubah sedikit.
Putranya mengidap kanker, istrinya minta cerai karena penyakitnya ini dan memilih meninggalkan putri mereka yang masih berumur 3 tahun.
Setelah cerai, nenek ini terpaksa membesar cucunya seorang diri.
Karena tak memiliki banyak orang, pengobatan putranya terbengkalai dan putranya meninggal dunia.
Tahun ini, dia telah berumur 70 tahun.
Karena sudah berusia, dia tidak bisa bekerja luar.
Satu - satunya hal yang bisa dia lakukan untuk mendapatkan uang demi menghidupi dirinya dan cucu perempuannya adalah dengan mencari barang bekas.
Setiap pagi dia pergi ke pasar memunggut daun - daun sayuran untuk dijadikan lauk pauk dia dan cucunya.
Dengan penghasilan yang seadanya, dia membesarkan cucunya itu.
Hal yang paling dia takutkan adalah, dia meninggal dunia sebelum cucunya mampu hidup mandiri.
Pagi itu, cucunya harus bayar uang TK sebesar 200 ribu.
200 ribu adalah uang yang dihasilkan nenek ini selama sebulan lebih dari hasil mungut sampah.
Namun nenek ini tidak mengeluh, dia merasa sekolah adalah satu - satunya kesempatan dia untuk mendapatkan uang.
Kesialan berikutnya terjadi,...
Hari itu, suasana hujan yang sangat besar menemani dia untuk mengambil sampah di daerah elit di kotanya.
Dengan berbekal nasi kepal dan air sisa kemarin malam, dia menghasilkan 35 ribu dari hasil pungutan sampahnya.
Senang hatinya karena hasil hari ini lumayan.
Hari berganti malam, jalanan mulai sepi, lampu tepi jalan pun telah dibuka.
Nenek ini berjalan pulang dengan rindu menceritakan kebahagiaan ini ke cucunya.
Saat perjalanan dia melihat dompet kulit berwarna hitam, sepertinya dijatuhkan oleh pemiliknya.
Dia memungutnya dan melihat isi di dalamnya, ada 4 juta.
Wow! Uang yang banyak sekali untuk nenek ini! Dia langsung berpikir,"Uang sebanyak ini jatuh, pasti pemiliknya gelisah.
Ya sudah aku tunggu di sini biar pemiliknya gampang temui aku."
Tunggu dan ditunggu, muncul mobil mewah melewati jalan ini dengan kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan kura - kura.
Seorang pria setengah baya dengan jas yang kelihatannya mahal turun dan bertanya ke nenek,
"Nek, lihat ada dompet di sekitar sini gak?"
Nenek pun meminta pria ini mendeskripsikan bentuk dompet tersebut dan benar.
Dompet yang dideskripsikan 100% mirip dengan dompet yang pria ini jatuhkan.
Nenek pun mengembalikannya.
Saat pria ini memeriksa isi dompetnya, wajah dia yang tadinya tersenyum lebar tiba - tiba menjadi murung!
Dengan ketajaman matanya, dia melotot ke arah nenek,"Nek! Tadi aku keluar itu masih ada 8 juta, kok sekarang jadi 4 juta!?"
"Gak mungkin! Aku tidak ambil selembar uangpun, kalau aku ambil, ngapaen aku tunggu di sini!?", bela nenek ini.
Mereka pun bertengkar hebat.
Bagaimanapun si nenek membela diri, Pria pemilik dompet tidak terima karena dia merasa uangnya diambil oleh nenek ini.
Dalam kepasrahan nenek, dia hampir berlutut di depan pria ini.
Seorang gadis keluar dan menghampiri mereka berdua.
"Pa kenapa sih di sini ribut - ribut?"
Nenek ini langsung membela diri.
"Nak, tolong jelaskan ke papa kamu. Aku menemukan dompetnya, dan isinya memang hanya 4 juta, aku tak tahu apa - apa, aku gak ambil sama sekali sumpah!"
Pemudi ini langsung omelin papanya,"Pa, papa ini gimana sih? Masa masih muda sudah lupa tadi siang kita beli bagasi 6 juta!?"
Papanya berpikir baru ingat,
"Ah ternyata aku beli ya! Nek maafkan aku, aku lupa beneran! Maafkan aku! Dalam dompetku ada 2 juta lebih.
Ini bukan uangku bearti, 2 juta ini aku kasih ke nenek aja ya sebagai permintaan maaf, aku hanya ambil bagianku aja!"
Nenek ini terpaku memegang uang 2 juta rupiah.
Disamping lega karena telah tak dituduh, tapi dia bersyukur bertemu dengan putrinya.
Nenek ini tahu, putrinya sengaja bilang 6 juta.
Padahal mungkin harga bagasinya 4 juta rupiah, tapi karena putri ini tahu papanya punya ingatan yang lemah dan sedikit keterlaluan,.
Akhirnya putrinya berkata seperti ini, mungkin sebagai bentuk permintaan maaf juga.
Nenek ini pulang dengan rasa syukur yang tidak berhenti.
Sepulangnya di rumah, dia bercerita hal ini dan putri pria tadi ke cucunya,"Nak, jadilah orang yang bijak ya... Karena kebijakan, kebaikan, dan kebenaran itu mahal harganya zaman sekarang ataupun masa depan nanti. Tetap jalan di jalan yang benar ya! Tetap berdoa dan harus mandiri!"
Meskipun terkadang kita berbuat baik bisa direndahkan orang, tapi ingat, Mata Tuhan ada dimana - mana dan Dia tidak tertidur!
Tunggu dan ditunggu, muncul mobil mewah melewati jalan ini dengan kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan kura - kura.
Seorang pria setengah baya dengan jas yang kelihatannya mahal turun dan bertanya ke nenek,
"Nek, lihat ada dompet di sekitar sini gak?"
Nenek pun meminta pria ini mendeskripsikan bentuk dompet tersebut dan benar.
Dompet yang dideskripsikan 100% mirip dengan dompet yang pria ini jatuhkan.
Nenek pun mengembalikannya.
Saat pria ini memeriksa isi dompetnya, wajah dia yang tadinya tersenyum lebar tiba - tiba menjadi murung!
Dengan ketajaman matanya, dia melotot ke arah nenek,"Nek! Tadi aku keluar itu masih ada 8 juta, kok sekarang jadi 4 juta!?"
"Gak mungkin! Aku tidak ambil selembar uangpun, kalau aku ambil, ngapaen aku tunggu di sini!?", bela nenek ini.
Mereka pun bertengkar hebat.
Bagaimanapun si nenek membela diri, Pria pemilik dompet tidak terima karena dia merasa uangnya diambil oleh nenek ini.
Dalam kepasrahan nenek, dia hampir berlutut di depan pria ini.
Seorang gadis keluar dan menghampiri mereka berdua.
"Pa kenapa sih di sini ribut - ribut?"
Nenek ini langsung membela diri.
"Nak, tolong jelaskan ke papa kamu. Aku menemukan dompetnya, dan isinya memang hanya 4 juta, aku tak tahu apa - apa, aku gak ambil sama sekali sumpah!"
Pemudi ini langsung omelin papanya,"Pa, papa ini gimana sih? Masa masih muda sudah lupa tadi siang kita beli bagasi 6 juta!?"
Papanya berpikir baru ingat,
"Ah ternyata aku beli ya! Nek maafkan aku, aku lupa beneran! Maafkan aku! Dalam dompetku ada 2 juta lebih.
Ini bukan uangku bearti, 2 juta ini aku kasih ke nenek aja ya sebagai permintaan maaf, aku hanya ambil bagianku aja!"
Nenek ini terpaku memegang uang 2 juta rupiah.
Disamping lega karena telah tak dituduh, tapi dia bersyukur bertemu dengan putrinya.
Nenek ini tahu, putrinya sengaja bilang 6 juta.
Padahal mungkin harga bagasinya 4 juta rupiah, tapi karena putri ini tahu papanya punya ingatan yang lemah dan sedikit keterlaluan,.
Akhirnya putrinya berkata seperti ini, mungkin sebagai bentuk permintaan maaf juga.
Nenek ini pulang dengan rasa syukur yang tidak berhenti.
Sepulangnya di rumah, dia bercerita hal ini dan putri pria tadi ke cucunya,"Nak, jadilah orang yang bijak ya... Karena kebijakan, kebaikan, dan kebenaran itu mahal harganya zaman sekarang ataupun masa depan nanti. Tetap jalan di jalan yang benar ya! Tetap berdoa dan harus mandiri!"
Meskipun terkadang kita berbuat baik bisa direndahkan orang, tapi ingat, Mata Tuhan ada dimana - mana dan Dia tidak tertidur!