Tentunya pepatah yang satu ini sudah tidaklah asing lagi bagi masyarakat.
Apapun yang terjadi ibu pasti akan selalu mencintai anaknya.
Walaupun anaknya mungkin akan memberikan perlakukan yang berbeda.
Ya, tanpa mengenal pamrih, seorang ibu akan berusaha membahagiakan anak-anaknya.
Walaupun itu artinya ia harus mengorbankan semua yang ia miliki.
Seperti yang dilakukan wanita bernama Tina yang mati-matian mempertahankan sebuah kantong yang ia gunakan untuk anaknya.
Berikut kisah selengkapnya dikutip dari Eberita.org.
Siang itu Tina pulang ke rumah setelah menjual barang-barang bekas hasil pungutannya.
Sesampainya ia di suatu gang kecil.
Seorang perampok muncul di hadapan Tina kemudian menodongkan pisau tepat di depan dadanya.
Saking kaget, Tina diam membatu.
Melihat kesemptan tersebut, sang perampok segera merebut kantong hitam di tangan Tina yang berisi uang lembaran uang hasil pendapatannya.
Tina tersentak sadar dan berusaha melawan meski hanya dengan tangan kosong.
Mereka bergulat sengit, sang perampok melambai-lambaikan pisau ke arah Tina.
Namun Tina tanpa gentar tetap bersikeras mencengkram kantong tersebut dengan kedua tangannya sambil berteriak minta tolong.
Orang-orang sekitar yang mendengar
teriakan Tina segera datang menolong hingga akhirnya perampok tersebut
berhasil dibawa ke kantor polisi.
Ketika pemeriksaan dilakukan, perampok tersebut bersikeras tidak mengakui perbuatannya.
Sedangkan Tina terlihat pucat, ia berdiri menggigil dengan keringat dingin di sekujur tubuh.
Melihat hal tersebut, polisi segera menghampiri Tina untuk menenangkannya.
Sambil menyodorkan tangannya, Tina berkata dengan suara lemah.
"Tangan saya sakit sekali…" Rupanya jari telunjuk Tina terpotong hingga hampir putus ketika sedang bergulat dengan sang perampok!
Tina segera dilarikan ke rumah sakit untuk diobati dan ketika pengobatan selesai hal pertama yang Tina tanyakan adalah kantong hitam tersebut.
Tina segera membuka kantong tersebut dan mulai menghitung, "Seribu, tujuh ribu, tiga belas ribu, delapan belas ribu, dua puluh ribu… tiga puluh ribu!
Terima kasih pak polisi, uangnya lengkap, tak kurang sedikitpun!" ujar Tina dengan mata berbinar dan berlinang air mata.
Para polisi yang ada disana kaget mendengar ucapan Tina.
Mereka tak percaya bagaimana mungkin ada orang yang berusaha mati-matian.
Dan mengorbankan jari tangannya hanya demi mempertahankan uang sebesar tiga puluh ribu saja?
Karena penasaran, polisi pun diam-diam mengikuti Tina.
Hal pertama yang Tina lakukan sekeluarnya dari rumah sakit adalah pergi ke pasar. Disana ia membeli berbagai macam buah hingga uangnya habis tak tersisa.
Setelah itu Tina jalan menuju kuburan dan berhenti di sebuah makam.
Tina berkata,"Nak, lihat apa yang ibu bawa? Buah-buahan segar untuk kamu!
Menjelang ajal, kamu berkata ingin makan buah-buahan segar karena selama 13 tahun hidup di dunia tak pernah sekalipun kamu makan buah segar.
Namun ketika itu seluruh harta benda telah habis untuk biaya pengobatanmu.
Maafkan ibu yang tak dapat memenuhi permintaan terakhirmu nak…"
Tina mengelus-elus kubur anaknya sambil berlinang air mata kemudian lanjut berkata.
"Beberapa tahun ini ibu terus bekeja siang dan malam hingga kemarin ibu berhasil mengembalikan seluruh hutang biaya pengobatanmu"
"Hari ini ibu berhasil mendapatkan tiga puluh ribu, semua ibu gunakan untuk beli buah-buahan untukmu nak.. Lihat, ada pisang, jeruk, apel, ada papaya juga… semuanya buah segar nak, lihat... tidak ada yang busuk sedikitpun!"
Ketika pemeriksaan dilakukan, perampok tersebut bersikeras tidak mengakui perbuatannya.
Sedangkan Tina terlihat pucat, ia berdiri menggigil dengan keringat dingin di sekujur tubuh.
Melihat hal tersebut, polisi segera menghampiri Tina untuk menenangkannya.
Sambil menyodorkan tangannya, Tina berkata dengan suara lemah.
"Tangan saya sakit sekali…" Rupanya jari telunjuk Tina terpotong hingga hampir putus ketika sedang bergulat dengan sang perampok!
Tina segera dilarikan ke rumah sakit untuk diobati dan ketika pengobatan selesai hal pertama yang Tina tanyakan adalah kantong hitam tersebut.
Tina segera membuka kantong tersebut dan mulai menghitung, "Seribu, tujuh ribu, tiga belas ribu, delapan belas ribu, dua puluh ribu… tiga puluh ribu!
Terima kasih pak polisi, uangnya lengkap, tak kurang sedikitpun!" ujar Tina dengan mata berbinar dan berlinang air mata.
Para polisi yang ada disana kaget mendengar ucapan Tina.
Mereka tak percaya bagaimana mungkin ada orang yang berusaha mati-matian.
Dan mengorbankan jari tangannya hanya demi mempertahankan uang sebesar tiga puluh ribu saja?
Karena penasaran, polisi pun diam-diam mengikuti Tina.
Hal pertama yang Tina lakukan sekeluarnya dari rumah sakit adalah pergi ke pasar. Disana ia membeli berbagai macam buah hingga uangnya habis tak tersisa.
Setelah itu Tina jalan menuju kuburan dan berhenti di sebuah makam.
Tina berkata,"Nak, lihat apa yang ibu bawa? Buah-buahan segar untuk kamu!
Menjelang ajal, kamu berkata ingin makan buah-buahan segar karena selama 13 tahun hidup di dunia tak pernah sekalipun kamu makan buah segar.
Namun ketika itu seluruh harta benda telah habis untuk biaya pengobatanmu.
Maafkan ibu yang tak dapat memenuhi permintaan terakhirmu nak…"
Tina mengelus-elus kubur anaknya sambil berlinang air mata kemudian lanjut berkata.
"Beberapa tahun ini ibu terus bekeja siang dan malam hingga kemarin ibu berhasil mengembalikan seluruh hutang biaya pengobatanmu"
"Hari ini ibu berhasil mendapatkan tiga puluh ribu, semua ibu gunakan untuk beli buah-buahan untukmu nak.. Lihat, ada pisang, jeruk, apel, ada papaya juga… semuanya buah segar nak, lihat... tidak ada yang busuk sedikitpun!"