SETIAP manusia tentu menginginkan di akhir
nasibnya bisa masuk dalam surganya Allah SWT dan melewatkan siksa sebelum masuk surga itu. Tetapi terbukti bukanlah factor gampang untuk peroleh surga-Nya sebab sejenis yang di kenali saat ini telah banyak sekali manusia yang susah untuk melaksanakan ibadah dan taat pada Allah SWT.
Berbahagialah grup ini, mereka diberi nikmat masuk surga tidak ada hisab. Berbahagialah, sebab surga dipenuhi kesenangan yg tak tertandingi. Siapakah mereka? Apakah amalan yang mereka lakukan? Dan, semoga kami jadi step dari mereka.
Narasi 70. 000 Orang yang Masuk Surga Tidak ada Hisab Yang Buat Anda Tersenyum Membacanya
Sumber : palembang. tribunnews. com
Dikisahkan oleh Syuraih bin ‘Ubaidah, bila Tsauban menanggung derita sakit di kota Hims. Sampai datanglah seseorang dari Kala’iyyin yang menjenguknya. Ditanyakan pada penjenguk itu, “Apakah
kau bisa menulis? ”
Usai diberitahukan kalau tamu yang menjenguknya bisa menulis, jadi Tsauban memohonnya untuk menuliskan sepucuk surat yang berbunyi :
Pada al-Amir ‘Abdullah bi Qarath
Dari Tsauban, (pembantu) Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam
Amma Ba’du
Bila Musa dan ‘Isa ‘alaihimas salaam memiliki seseorang pesuruh yang ada di dekatmu, tentunya engkau bakal menjenguknya.
nasibnya bisa masuk dalam surganya Allah SWT dan melewatkan siksa sebelum masuk surga itu. Tetapi terbukti bukanlah factor gampang untuk peroleh surga-Nya sebab sejenis yang di kenali saat ini telah banyak sekali manusia yang susah untuk melaksanakan ibadah dan taat pada Allah SWT.
Berbahagialah grup ini, mereka diberi nikmat masuk surga tidak ada hisab. Berbahagialah, sebab surga dipenuhi kesenangan yg tak tertandingi. Siapakah mereka? Apakah amalan yang mereka lakukan? Dan, semoga kami jadi step dari mereka.
Narasi 70. 000 Orang yang Masuk Surga Tidak ada Hisab Yang Buat Anda Tersenyum Membacanya
Sumber : palembang. tribunnews. com
Dikisahkan oleh Syuraih bin ‘Ubaidah, bila Tsauban menanggung derita sakit di kota Hims. Sampai datanglah seseorang dari Kala’iyyin yang menjenguknya. Ditanyakan pada penjenguk itu, “Apakah
kau bisa menulis? ”
Usai diberitahukan kalau tamu yang menjenguknya bisa menulis, jadi Tsauban memohonnya untuk menuliskan sepucuk surat yang berbunyi :
Pada al-Amir ‘Abdullah bi Qarath
Dari Tsauban, (pembantu) Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam
Amma Ba’du
Bila Musa dan ‘Isa ‘alaihimas salaam memiliki seseorang pesuruh yang ada di dekatmu, tentunya engkau bakal menjenguknya.
Surat itu diperuntukkan pada ‘Abdullah bin Qarath al-Azdi yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur Kota Hims. Usai melipatnya, Tsauban ajukan pertanyaan seraya memohon tolong pada tamu yang menjenguknya, “Apakah kau bisa kirim surat ini kepadanya? ” Dijawab pendek olehnya, “Ya. ”
Usai terima dan membaca surat itu, sang Gubernur ‘Abdullah bin Qarath juga kaget. “Mengapa dia? Apakah berjalan satu hal padanya? ” tanyanya ketertarikan. Ia juga bergegas menyiapkan perbekalan untuk menjenguk Tsauban.
“Duduklah, ” pinta Tsauban pada Gubernur yang baru tiba ditempat tinggalnya itu. Lanjutnya berikanlah tau satu hal, “Supaya saya bisa menginformasikan satu hadits yang pernah saya dengar segera dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. ”
Tsauban juga membacakan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, “Akan masuk surga dari umatku (Muhammad) tujuh puluh ribu orang tidak ada hisab dan tak ada azab untuk mereka. Tiap-tiap seribu orang dibarengi lagi tujuh puluh ribu orang. ”
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim juga dijelaskan, tujuh puluh ribu orang itu masuk ke surga dalam keadaan bergandengan tangan jadi orang pertama masuk dalam surga bersamaan dengan orang terbaru dan muka mereka semacam bln. purnama.
Siapakah mereka? Dalam cerita lain dijelaskan bila mereka yaitu orang yg tak pernah memohon diruqyah seumur nasibnya. Tengah Imam Ibnu Katsir mengutip hadits ini waktu menafsirkan surat Ali ‘Imran 3 ayat 110 ; mengenai umat paling baik yang diutus untuk memerintahkan pada yang makruf dan terhindar dari yang mungkar, tengah mereka beriman pada Allah
Usai terima dan membaca surat itu, sang Gubernur ‘Abdullah bin Qarath juga kaget. “Mengapa dia? Apakah berjalan satu hal padanya? ” tanyanya ketertarikan. Ia juga bergegas menyiapkan perbekalan untuk menjenguk Tsauban.
“Duduklah, ” pinta Tsauban pada Gubernur yang baru tiba ditempat tinggalnya itu. Lanjutnya berikanlah tau satu hal, “Supaya saya bisa menginformasikan satu hadits yang pernah saya dengar segera dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. ”
Tsauban juga membacakan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, “Akan masuk surga dari umatku (Muhammad) tujuh puluh ribu orang tidak ada hisab dan tak ada azab untuk mereka. Tiap-tiap seribu orang dibarengi lagi tujuh puluh ribu orang. ”
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim juga dijelaskan, tujuh puluh ribu orang itu masuk ke surga dalam keadaan bergandengan tangan jadi orang pertama masuk dalam surga bersamaan dengan orang terbaru dan muka mereka semacam bln. purnama.
Siapakah mereka? Dalam cerita lain dijelaskan bila mereka yaitu orang yg tak pernah memohon diruqyah seumur nasibnya. Tengah Imam Ibnu Katsir mengutip hadits ini waktu menafsirkan surat Ali ‘Imran 3 ayat 110 ; mengenai umat paling baik yang diutus untuk memerintahkan pada yang makruf dan terhindar dari yang mungkar, tengah mereka beriman pada Allah