Tahukah Anda Bahwa Zina Itu adalah Hutang dan Taruhannya adalah Keluarga Anda Sendiri!

Salah satu dosa besar yakni adalah Z*ina. Namun tahukah anda bahwa dosa tersebut juga akan dibalas ke keluarga anda jika anda melakukannya.

Suatu ketika ada seorang pemuda yang pamit untuk safar, mencari pekerjaan demi membantu ekonomi keluarga. Sang ayah berpesan kepada putranya, “Jaga baik-baik adik perempuanmu.”

Pemuda ini kaget dengan pesan ini. sebab dia berangkat sendirian, dan adiknya bersama keluarga di rumah. Apa maksud dia harus menjaga adik perempuannya.

Berangkatlah si pemuda, namun dia juga ternyata belum paham dengan pesan ayahnya. Setelah berlalu beberapa hari, tiba-tiba sang ayah melihat ada orang (penjual air) yang mencium anak perempuannya.

Sesampainya pemuda ini pulang ke rumah, sang ayah langsung menegurnya. “Bukankah saya telah berpesan kepadamu, jaga adik perempuanmu baik-baik.” “Apa yang terjadi?” tanya putranya keheranan.

“Sejengkal dibalas sejengkal. Andaikan kamu melakukan pelanggaran lebih dari itu, niscaya si penjual air itu akan melakukan tindakan lebih kepada anak perempuannya.”

[Kisah ini disebutkan Syaikh Abdurrahman As-Suhaim: www.saaid.net]

Sahabat medianda siapapun wanita yang menjadi keluarga kita, sejatinya mereka adalah kehormatan kita. Ibu anda, istri anda, putri anda, saudari perempuan anda, bibi anda, dan semua wanita yang menjadi kerabat anda merupakan kehormatan bagi sang lelaki. Apabila salah satu diantara mereka berz*ina, sejatinya telah menodai kehormatan sang lelaki.

Oleh sebab itu, jaga kehormatan mereka dengan tidak mengganggu kehormatan orang lain. Sebab z*ina adalah merupakan utang dan taruhannya adalah keluarga anda.
 
 Abu Umamah menceritakan, “Suatu hari ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi Shalallahu ‘alaihi wassallamseraya berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berz*ina!”.

Para sahabatpun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, “Diam kamu, diam!”. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassallam berkata, “Mendekatlah”.

Pemuda tadi mendekati beliau dan duduk di hadapan beliau.

Nabi Shalallahu ‘alaihi wassallam bertanya,

“Relakah engkau jika ibumu diz*inai orang lain?”. “Tidak, demi Allah wahai Rasul” sahut pemuda itu. “Begitu pula orang lain tidak rela jika ibu mereka diz*inai”.

“Relakah engkau jika putrimu diz*inai orang?”. “Tidak, demi Allah wahai Rasul!”. “Begitu pula orang lain tidak rela jika putri mereka diz*inai”.

“Relakah engkau jika saudari kandungmu diz*inai?”. “Tidak, demi Allah wahai Rasul!”. “Begitu pula orang lain tidak rela jika saudara perempuan mereka diz*inai”.

“Relakah engkau jika bibimu diz*inai?”. “Tidak, demi Allah wahai Rasul!”. “Begitu pula orang lain tidak rela jika bibi mereka diz*inai”.

“Relakah engkau jika bibi dari ibumu diz*inai?”. “Tidak, demi Allah wahai Rasul!”. “Begitu pula orang lain tidak rela jika bibi mereka diz*inai”.

Lantas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya dan jagalah kema*l*uannya”.

Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat z*ina”. HR. Ahmad no. 22211 dan sanadnya disahihkan Al-Albani.

Sahabat medianda siapapun wanita yang berz*ina, sejatinya telah mengiris-iris hati ayahnya, saudaranya, putranya, kakaknya, pakdenya, dan semua mahramnya.

Siapapun lelaki yang berz*ina dengan wanita, sejatinya dia telah mencabik-cabik kehortaman semua lelaki kerabat wanita ini. Padahal diapun tidak akan pernah rela ketika istrinya diz*inai, putrinya diz*inai, saudarinya diz*inai… renungkanlah hadis Abu Umamah di atas. []

Semoga bermanfaat.

Sumber: Konsultasi Syariah.