Gerakan
tubuh Sulami layaknya robot karena persendian tangan dan kakinya kaku
untuk digerakkan, bahkan seperti tak berfungsi. Warga sekitar menyebut
Sulami 'manusia kayu' karena hampir seluruh tubuhnya berubah jadi kaku
layaknya kayu.
“Saya sudah seperti ini sejak kelas IV SD. Ketika itu, hanya tangan kanan saya yang kaku. Setelah itu menyusul anggota tubuh yang lain. Jadi, semua anggota tubuh saya tidak langsung kaku, tapi satu per satu,” kata Sulami ketika ditemui di rumahnya Senin, (9/1).
“Saya sudah seperti ini sejak kelas IV SD. Ketika itu, hanya tangan kanan saya yang kaku. Setelah itu menyusul anggota tubuh yang lain. Jadi, semua anggota tubuh saya tidak langsung kaku, tapi satu per satu,” kata Sulami ketika ditemui di rumahnya Senin, (9/1).
Sulami
punya saudara kembar. Paniyem, Namun Paniyem sudah lebih dulu dipanggil
Allahsubhanahu wa Ta'ala tiga tahun yang lalu. Paniyem juga mengalami
penyakit yang sama dengan Sulami.
Sulami
tinggal bersama ibu dan neneknya di rumah yang dibangun melalui program
TMMD sekitar 10 tahun silam. “Soal ibadah, kakak saya tidak pernah
kendur. Dia rajin shalat dan ngaji. Dia bisa berzikir dengan tasbih.
Bersama nenek, dia juga masih rutin puasa Senin dan Kamis,” terang adik
kandung Sulami, Susilowati, 22.
Kendati bertubuh kaku, jari-jemari Sulami masih bisa berkreasi. Beragam kerajinan dari bahan manik-manik atau mote, flanel, puring, dan lain sebagainya mampu ia bikin dengan penuh kesabaran.
“Keluarga sudah pernah memeriksakan kakak ke Solo, tapi juga tidak membuahkan hasil. Saya tidak tahu jenis penyakit apa yang diderita kakak saya,” terang Susilowati.
Siang itu, rumah Sulami mendadak kebanjiran tamu. Pasalnya, tiga komunitas masing-masing Anteping Kalbu (Tebu), Obrolan Cah Sragen (OCS) dan Komunitas Laskar Bengawan datang untuk memberikan tali asih berupa sejumlah uang dan sembako kepada Sulami.
Penyerahan bantuan disaksikan Ketua RT 031 Tukimin. “Saya sendiri belum tahu jenis penyakit apa yang diderita Sulami. Keluarga sudah pernah membawa ke rumah sakit, tapi juga tidak ada hasil,” terang Tukimin.
Wakil Ketua Komunitas Tebu, Sri Heriyono, berharap para dermawan bersedia membantu meringankan beban yang diderita Sulami. “Awalnya, kegiatan amal ini akan diselenggarakan Komunitas Tebu sendiri. Namun, ternyata ada komunitas lain yang berminat. Kami menyambut baik sebab makin banyak komunitas yang membantu akan makin meringankan beban keluarga Mbah Suginem,” papar Heri.
Kendati bertubuh kaku, jari-jemari Sulami masih bisa berkreasi. Beragam kerajinan dari bahan manik-manik atau mote, flanel, puring, dan lain sebagainya mampu ia bikin dengan penuh kesabaran.
“Keluarga sudah pernah memeriksakan kakak ke Solo, tapi juga tidak membuahkan hasil. Saya tidak tahu jenis penyakit apa yang diderita kakak saya,” terang Susilowati.
Siang itu, rumah Sulami mendadak kebanjiran tamu. Pasalnya, tiga komunitas masing-masing Anteping Kalbu (Tebu), Obrolan Cah Sragen (OCS) dan Komunitas Laskar Bengawan datang untuk memberikan tali asih berupa sejumlah uang dan sembako kepada Sulami.
Penyerahan bantuan disaksikan Ketua RT 031 Tukimin. “Saya sendiri belum tahu jenis penyakit apa yang diderita Sulami. Keluarga sudah pernah membawa ke rumah sakit, tapi juga tidak ada hasil,” terang Tukimin.
Wakil Ketua Komunitas Tebu, Sri Heriyono, berharap para dermawan bersedia membantu meringankan beban yang diderita Sulami. “Awalnya, kegiatan amal ini akan diselenggarakan Komunitas Tebu sendiri. Namun, ternyata ada komunitas lain yang berminat. Kami menyambut baik sebab makin banyak komunitas yang membantu akan makin meringankan beban keluarga Mbah Suginem,” papar Heri.